2008. Petualanganku di lautan luas bernama cyberculture kulanjutkan...
Tahun baru ngapain aja? Lately, emang jawabnya sama aja: kaga ngapa-ngapain. Banyak orang nyalain kembang api di sekitar, anak-anak kecil tiup terompet, ada juga yang rayain dengan nulis resolusi-resolusi tahun baru. Yang lain biasa aja. Aku sendiri memilih, tentunya, untuk sit back and relax, enjoy the ride, menonton masyarakat dari jauh.
Malam tahun baru kuhabiskan di depan layar komputer, dan agaknya banyak juga temen-temen yang ngelakuin hal yang sama. Dasar Generasi-Y. Chatting with my wonderful friend Fadhila, an interesting girl of 14 yang agaknya sedikit terlalu gemar bercerita XP ampe larut jam 2 pagi. So I really can't say my new year was lonely - agaknya Sang Internet sering juga mengerjakan tugasnya menyambung-nyambungkan manusia dengan baik, makin baik aja di ultahnya (TCP/IP) yang ke-25 ini :O
Paginya pergi dengan my lovely girl Ara ke alun-alun kota. Tempat itu tempat yang selalu menakjubkan buat aku - dan tentunya ia juga belajar takjub. Selalu menyenangkan mengamati masyarakat, ngelihat anak-anak kecil berlarian meniup dan mengejar gelembung-gelembung sabun, ngelihat betapa besarnya pohon-pohon yang ada di situ (salah satu tempat rindang di kota Malang) sambil mikir gimana tempat ini kira-kira waktu para pohon peneduh itu masih kecil dulu, dan gimana perasaan mereka sekarang :)
Menyenangkan, namun ironis. Bukankah masyarakat selalu begitu? Kaya Sartre bilang, "Hell is other people," dan dalam banyak kasus emang ini keadaannya. Tapi sering juga, when you look at all the love going around in society, pasti kamu juga bakal berpikir positif tentang mereka. Ya, aku tahu, emang yang namanya "love" juga konstruksi sosial aja, yang didefinisikan dengan berbagai kata-kata, jejaring bahasa yang memberikan status pada orang-orang, menentukan mana yang harus kamu cintai, siapa yang harus kamu benci. Tapi manifestasinya sering lumayan kok x)
Lalu ada anak-anak berlarian membawa berbagai mainan plastik murah, dengan berbagai dandanan menor dan baju-baju yang lucu-lucu. Manis, innocent. Namun juga ironis. Kadang aku ga berani ngebayangin bakal jadi apa mereka nantinya. Terlalu banyak orang tua yang membesarkan anak tanpa tahu apa yang mereka lakukan. Yang menentukan adalah iklan-iklan yang mereka tonton, yang menanamkan pada mereka apa-apa yang harus mereka beli agar menjadi orangtua yang baik. Really, kan, benernya anak-anak apa peduli seberapa imut mereka didandani? Orangtua kan beli-beli itu karena ingin jadi orangtua yang baik, dan mereka ga tau cara lain selain beli barang-barang, jadi konsumen yang baik, dan mendidik anak-anak mereka jadi warga kapitalis yang sama tertindasnya dengan mereka. Mengerikan, betapa pervasifnya ideologi itu sehingga yang ga punya duit pun maksa beli-beli. Kaya kata Diva di novel Dee, main boneka dengan anak-anak mereka sendiri.
Is there a place for the hopeless sinner,
Who has hurt all mankind just to save his own beliefs?*
Yah, bagaimanapun semua orang cuma berusaha yakin akan sesuatu. Dan di tengah masyarakat pasar dan tontonan, cara paling mudah untuk memiliki iman adalah dengan membeli-beli segala macam barang. Apa yang dikatakan iklan dengan berbagai citranya adalah kitab kita. Resistance is futile, and consumption is patriotic. Really, sebenernya apa yang kita beli adalah bagian-bagian jiwa kita yang hilang, kan? Aren't we all just trying to believe? Para orangtua yang bermain boneka dengan anak-anak mereka, aku yakin, mereka pasti iri dengan anak-anak yang bisa begitu terhiburnya dengan sebongkah wadah gelembung sabun. Mungkin itu sebabnya mereka membesarkan para anak-anak itu in first place...
Dan tahun ini, semoga aku bisa lebih mendedikasikan diriku untuk para warga dunia, menginspirasikan perubahan dan kesetaraan, sekecil apapun. Dan, yang terpenting, di tahun ini aku berdoa semoga kamu, pembaca, berusaha untuk melakukan hal yang sama, siapapun kamu. Ingat aja, kamu setara dan tak berwajah di hadapan tulisanku ini, sama-sama anak-anak pengejar gelembung sabun di hati, seperti juga aku :)
Cintailah dunia, telanjangilah masyarakat, dan percayalah, kamu akan menyukai petualangan itu. Kaya salah satu slogan huruhara Paris Mei 1968, "In a society that has abolished all adventures, the only adventure left is to abolish society."
Selamat bermain-main, Dunia ;)
*kredit lagu: One Love/People Get Ready oleh Bob Marley, one of my great heroes yang albumnya kunyanyikan sebagai himne tahun baru ini
1 comment:
propaganda nama. cuih. emang nape kalo gue hobi ber'monolog' ria?
euleuh. melankolis deui. cepede.. :p
Post a Comment