Tuesday, January 8, 2008

Education, Fetish Fashion

Selamat datang, Dunia

Apa definisi kebodohan bagimu?

Terkadang aku heran, betapa banyak orang yang mendefinisikan kebodohan dengan angka-angka dan gelar-gelar. Herannya lagi, betapa banyak sistem masyarakat yang berputar mengitari pengkategorian ini. Kadang aku bertanya-tanya, apa nggak ada ya yang nyadar betapa banyak hal ini udah ngancurin hidup manusia? Berapa orang yang udah dipaksa percaya bahwa mereka bener-bener nggak berharga buat dunia karena gelar-gelar ini? Aku tahu, mungkin itu emang tujuannya; menghancurkan hidup orang agar populasi manusia -- atau dalam hal ini populasi lembaga -- nggak terlalu banyak. Pendidikan emang udah jadi peranti seleksi Malthusian lainnya.

Nggak kasihan, ya? Pernah lihat anak-anak SD dengan tas-tas mereka, kan, pastinya? Ha, ya, mungkin sekilas mereka memang imut, dengan tas berbobot 60% berat tubuh mereka itu mereka tentunya kelihatan lebih konyol lagi. Tapi, coba buka isinya! Baca buku-buku teksnya! Kamu bakal terkesiap, betapa anak-anak itu sudah dipaksa menyandang sebongkah hebat kemunafikan di punggung mereka sedini mungkin. Para manusia kecil yang dipaksa membungkuk-bungkuk di bawah beban kedangkalan ritual lembaga yang sok benar. Bullshit with free education -- with that kind of curriculum, with that kind of teaching method, ujung-ujungnya juga anak-anak itu cuma pion biar orang-orang tua bisa mentransaksikan isi dompetnya dengan jumlah yang kian besar, dengan mempertukarkan masa depan anak-anak ini.

I mean, seriously, who are you kidding, folks? Banyak orang yang ngira kalo penggojlogan itu cuma buat siswa sekolah mengengah dan tinggi baru yang cuma bertahan seminggu-dua minggu. Kalo dipikir-pikir, penggojlogan itu dimulai sejak kita diberi nilai oleh sebuah sistem, dan terus berlanjut sampai kita berhasil keluar dari sistem itu. Parahnya, kebanyakan orang mati duluan sebelum pernah bisa keluar dari sistem.

Orang sekolah, kuliah, dsb itu, makin tua makin pelacur aja rasanya. Makin tua makin ngaku kalo mereka ngelakuin semua sandiwara ini demi beberapa huruf bodoh di sekitar nama mereka yang akan dapat membantu mereka secara ekonomis nantinya. Bukan lagi demi kenikmatan, tapi sekedar demi uang dan pekerjaan -- mengkhianati otak sementara begitu sok suci dengan tubuh mereka. Melakukan semuanya agar dapat membodohi sekian banyak orang bodoh lainnya agar dapat dipilih oleh orang-orang bodoh tadi agar dapat menjabat berbagai jabatan bodoh agar mereka absah untuk melakukan kebodohan-kebodohan lain yang kian hebat dan merusak.

Berita baiknya, in case you haven't realized, orang-orang bodoh nggak jatuh dari langit dan mengambil alih dunia begitu saja, atau datang dari dimensi lain just to fuck everything up. Mereka semua berjalan-jalan diantara kita, pergi ke sekolah sama kita, punya anak-anak yang sama dipermainkannya dengan anak-anak kita, masuk sistem masyarakat yang sama sama kita. Dan justru karena itu, mereka bukan musuh yang hendak kita perangi. Kebodohan mereka lah yang harus kita perangi; tentunya setelah memerangi kebodohan kita sendiri.

Menurutku, kebodohan adalah ketidaksadaran akan sistem yang memenjara kita. Kebodohan adalah mau berkonyol-konyol ditekan lembaga dengan berbagai kemunafikan walau masa orientasi kampus sudah selesai.

You should be honored by my lateness
That I'd even show up to this fake shit*

Itu sebabnya Self-Similar Fragment ini ditulis: Untuk membebaskan pikiranmu. Harapanku, jangan lagi kamu percaya penggolongan-penggolongan timpang yang ditanamkan masyarakat padamu. Kaya lagu di atas, kamu datang telat pun seharusnya semua orang itu tunduk menghormatimu karena kamu, sebagai manusia yang sadar, masih mau hadir dalam ruang kelas yang sudah jadi this fake shit shopping mall yang tanpa tahu malu menamai dirinya sendiri "pendidikan" dan berbagai alias sok suci lainnya.

Ingatlah, Dunia, siapapun wajah dan nama yang kamu gunakan selagi membaca tulisan ini, bahwa kamu berharga, jauh lebih dari apa yang bisa dinilaikan sistem padamu. Dan sadarlah bahwa ada hal-hal yang lebih besar di luar sana. Dan mungkin, suatu saat, kau dan aku bisa menciptakan dunia di mana tas anak-anak SD dipenuhi dengan hal-hal yang mereka benar-benar suka dan bangga, saat para orangtua sudah tak lagi bermain pasar-pasaran dengan masa depan anak mereka.

Selamat bermain-main, Dunia ;)

*kredit lagu: Stronger oleh Kanye West feat. Daft Punk -- Nggak nyangka these great musicians bisa berkolaborasi dan menghasilkan lagu yang begitu dahsyat.

P.S. Dalam kesempatan ini aku mau ngucapin Selamat Menempuh Hidup Baru buat Mas Syarifuddin, my great friend, teacher, and mentor -- ketahuilah Dunia, tanpa bantuan orang hebat satu ini I won't be the socially aware person I am now. He's truly a great man. Sori ya Kang, ga bisa dateng ke Bogor buat resepsinyah! x) My prayers will always be with you.

No comments: