Friday, February 1, 2008

Boredom is Counterrevolutionary

Selamat datang, Dunia

Seseorang di huru-hara Paris Mei 1968 pernah berkata bahwa rasa bosan adalah kontra-revolusioner. Aku tersenyum setiap kali mendengarnya; what an interesting way to put it!

Betapapun demikian memang jika dilihat, banyak sekali orang yang merasa kebosanan di tengah masyarakat seperti ini. Menjalani hidup yang mekanis, wajar saja. Yang ironis adalah betapa mereka merasa bosan, namun tak melakukan apa-apa yang signifikan untuk mengubahnya. Lucu kan? Padahal, doing the same thing over and over again but expecting a different outcome is a definition of insane.

Why, though? Why does one feel bored? Apa bener ga ada yang bisa dilakukan lagi di masyarakat seperti ini? Menurutku kok justru sebaliknya. Dengan resesi ekonomi Amerika yang diprediksikan, Web 2.0 uprising, trend outsourcing yang makin marak, perdebatan perkara net-neutrality... Daftarnya nggak berujung. Aku menyebutnya Posmodern 2.0, revolusi budaya global yang sedang terjadi ini.

Rasa bosan itu kontra-revolusioner, jika kita tidak menindaklanjutinya. Rasa bosan yang terus dipupuk dan ditoleransi cuma bakal melanggengkan struktur-struktur yang sudah ada, bukan? Banyak orang yang memilih untuk terus bosan demi rasa aman pribadi mereka sendiri. Rela ditindas dan tega menindas demi mengamankan status quo. Bilangnya aja suka petualangan. Padahal, kalau disuruh memilih antara kerja keras dan rasa bosan, yang terakhir yang dipilih. Terlalu banyak orang yang seperti itu.

Instead of these boring times, it's gotta be dramatic,
Until we achieve that, believe in Wonderland!*

Kata orang-orang Mei 1968 itu, mati kelaparan jauh lebih baik daripada mati kebosanan. Sementara aku cukup beruntung hingga tak pernah terlalu kelaparan, aku bisa mengerti poinnya. Bosan, ya? Coba bilang itu sama orang-orang yang kelaparan di Afrika sana. Orang-orang yang mati kebosanan adalah orang-orang egois yang tak berani membuat perubahan apapun dalam hidup mereka.

Kehidupan yang dramatis itu ada di depanmu, kehidupan penuh petualangan di hamparan lautan luas bernama Posmodern 2.0. Memang, itu adalah lautan kejam yang diperuntukkan hanya bagi mereka yang memiliki modal awal yang memadai secara finansial dan intelektual, serta mereka dengan selera petualangan yang cukup tinggi. Namun, jika kau bisa membaca halaman web ini dengan lancar dan masih berpikir kau tak punya modal apapun, kau adalah orang yang tak bisa bersyukur.

Bukankah itu menarik? Bahwa ada prospek akan sebuah Dunia Baru yang lebih netral; sebuah Wonderland. Apa aku terlalu sering membaca komik hingga berpikiran dramatis seperti ini? Jika iya pun, kurasa tak masalah -- setidaknya, aku tak melakukan tindakan kontra-revolusioner bernama "merasa bosan".

Banyak sekali ketimpangan di dunia ini. Seharusnya kau yang membaca ini pun bersyukur karena memiliki akses internet. Ingin bertualang? Tanyakan pada dirimu, apa yang akan kau lakukan jika hanya punya 30 hari lagi untuk hidup. Jawabannya adalah impianmu; takdir hidupmu. Lakukan hal itu dengan tekad yang tak pernah padam. Dan terjunlah ke lautan Posmodern 2.0 untuk menggaungkan suaramu ke seluruh penjuru dunia. Apa yang memberatkanmu?

Selamat bermain-main, Dunia ;)

*kredit lagu: Believe oleh Folder 5 -- soundtrack favoritku dari anime One Piece, salah satu kisah yang telah menyelamatkan hidupku.

No comments: